Jumat, 25 Oktober 2013

Sistem Kerja Panca Indera yang Saling Berhubungan

Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapat ditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera itu adalah mata, hidung, telinga / kuping, kulit dan lidah.
Setiap orang normalnya memiliki lima / panca indera yang berfungsi dengan baik untuk menangkap rangsangan sehingga dapat memberikan respon sesuai dengan keinginan atau sesuai dengan insting kita. Orang yang cacat indra masih bisa hidup namun tidak akan bisa menikmati hidup layaknya manusia normal.
Indera manusia ada lima, yaitu :
1.      Indera Penglihatan / Penglihat = Mata
2.      Indera Penciuman / Pencium = Hidung
3.      Indera Pengecap = Lidah
4.      Indera Pendengaran / Pendengar = Telinga / Kuping
5.      Indera Peraba = Kulit
Indera berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor. Pada alat indera yang berperan utama adalah eksoreseptornya. Reseptor di tiap alat indra disesuaikan untuk berespons terhadap satu bentuk energi tertentu pada ambang yang jauh lebih rendah dibanding dengan respons reseptor lain terhadap bentuk energi ini (stimulus adekuat) dimana suatu reseptor paling peka terhadap bentuk energi tersebut .

1.      N olfaktorius (sensorik), syaraf pembau
2.      N opticus (sensorik), syaraf penglihat
3.      N oculomotoris (motoris), mensyarafi otot mata externa dan penghantar syaraf parasimpatis untuk melayani o. siliaris dan o. Oris
4.      N choclearis (motoris) ke arah sebuah otot mata, m obliquus externa
5.      N trigeminus (sensoris) mensyarafi kulit wajah, o.kunyah
6.      N abduscens (motoris) mensyarafi satu otot mata yaitu rectum lacriminalis
7.      N fascialis (motoris) mensyarafi otot - otot mimik wajah dan kulit kepala.
8.      N acusticus (sensoris) untuk pendengaran
9.      N glossopharingeus (motorik dan sensorik) mensyarafi lidah dan tekak dan kelenjar parotis
10.  N vagus (sensoris dan motoris) mensyarafi semua organ tubuh
11.  N accesoris (motoris) terbelah menjadi dua, yang pertama menyertai n vagus, yang lainnya sebagai n motoris menuju ke otot sternocleiodosmatoideus dan m. Trapezius
12.  N hypoglosus (motoris) mensyarafi otot - otot lidah (Alvi R, 1996)
Neuron–neuron tersebut bekerja spesifik sesuai dengan organ yang disarafi. Mekanisme ini memungkinkan kelima indera mampu bekerja secara bersama–sama. Namun, adakalanya kepekaan masing-masing indera berbeda satu sama lain, tergantung dari impuls yang disampaikan ke otak. Misalnya, ketika mata ingin berakomodasi penuh, maka indera yang lain seperti indera peraba (kulit) akan bekerja tidak semaksimal kerja mata. Kelima indera dapat bekerja bersamaan dengan kepekaan yang sama pula jika kelimanya dalam keadaan santai atau relaks, sehingga tidak ada indera yang diprioritaskan maupun ditinggalkan.
Seperti misalnya, ketika kita sedang makan, kita dapat merasakan bahwa kelima indera kita bekerja secara bersamaan, dimana kita dapat melihat makanan yang disajikan secara menarik, mencium sedapnya aroma  makanan di hadapan kita, mendengar suara sendok kita yang bersinggungan dengan piring tempat makanan kita, mengecap rasa lezat dari makanan yang kita santap, serta merasakan panasnya makanan yang dapat teraba oleh kulit kita melalui aliran udara (konveksi).
Dan contoh dari kerja indera yang saling berhubungan adalah ketika kita mendengar gemerincing suara lonceng pada gerobak sate ayam (organ pendengaran bekerja), dan mencium aroma yang sedap dari sate yang dibakar (organ penciuman bekerja), maka seketika itu kita akan menoleh (melihat) ke arah datangnya suara dan aroma (organ penglihatan bekerja), yang membuat kita tertarik untuk memakan sate (harus beli dulu tentunya, hehe..). Ketika kita menunggu proses pembakaran sate, melalui kulit kita dapat merasakan panasnya api yang membakar sate (organ peraba bekerja), meskipun kulit kita tidak menyentuh apinya, karena rangsangan panas yang sampai ke kulit kita dapat melalui aliran udara. Dan setelah sate matang, kita dapat memakannya dan merasakan kelezatan rasa dari sate tersebut (organ pengecap bekerja).

REFERENSI
Pearce, Evelyn C. 1985. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Rosyidi, Alvi. 1996. Anatomi – Fisiologi dan Gizi Manusia. Surakarta: UNS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar