Analisis vegetasi adalah suatu analisis dalam ekologi
tumbuhan yang bertujuan membuat suatu deskripsi dan mendokumentasikan kondisi
atau karakter masyarakat tumbuhan suatu ekosistem dalam hubungannya faktor –
faktor ekologi seperti biotik dan klimatik (Smeins data Slack, 1982). Hal tersebut dimaksudkan
untuk mengetahui dan memahamai bagaimana kondisi berbagai jenis vegetasi dalam
suatu komuniats atau populasi tumbuhan bereaksi dan berkembang dalam skala
waktu dan ruang.
Dalam analisis vegetasi yang diperoleh adalah data
kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data frekuensi, jumlah
temuan/kehadiran, ukuran, basal area atau penutupan tajuk (coverage) diperoleh
dari hasil pengamatan dan penghitungan dilapangan dengan luas daerah tertentu.
Sedangkan data kualitatif cenderung diperoleh dari hasil pengamatan pada
kawasan yang lebih luas (Setiadi dkk,1989).
Pemilihan cara atau metode tersebut pada umumnya
tergantung dari :
1.
Tujuan
penelitian atau analisis vegetasi yang dilakukan.
2.
Struktur
dan tipe variasi yang dipilih
3.
Karakteristik
vegetasi seperti densitas, frekuensi, dominansi dan lain sebagainya.
4.
Tingkat
ketepatan dan keakurasian yang diinginkan.
5.
Waktu
dana dan tenaga yang tersedia.
A.
Dasar
– Dasar Analisis Vegetasi
Struktur
dan peranan jenis tumbuhan didalam masyarakat tumbuh – tumbuhan merupakan
pencerminan dari faktor ekologi jenis tumbuhan yang berinteraksi dengan masa
lalu, kini dan yang akan dating. Oleh karenanya dalam mempelajari vegetasi pada
suatu habitat dapat diketahui masa lalu daerah atau habitat tersebut, mengerti
keadaan sekarang yang terjadi dan menduga perkembangannya dimasa mendatang.
Dalam hubungan tersebut analisis vegetasi adalah suatu cara untuk mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat
tumbuhan ( Soerianegara dan Indrawan, 1998).
Dalam
mengerjakan analisis vegetasi terdapat dua hal penting yang harus dicermati
yaitu nilai ekonomis dan nilai hayati (biologi). Nilai ekonomis suatu vegetasi
dapat diketahui dari potensi vegetasi tersebut yang akan menghasilkan nilai
ekonomis (devisa) dari tumbuh – tumbuhan dalam bentuk pohon atau tanaman yang
dapat menghasilkan getah dan kayu.
Untuk
suatu kawasan lindung atau cagar alam, analisis vegetasi dapat diamanfaatkan
dan bertujuan untuk mengetahui dan memahami kondisi, struktur, perkembangan dan
dinamika vegetasi dan biota lain serta berbagai faktor abiotic yang terdapat
dikawasan tersebut dalam hubungannya dengan faktor waktu dan sebaran
spasialnya. Sehingga dari hal tersebut dapat dipelajari dan diperkirakan daya
dukung lingkungan dan potensi biotik, kualitas dan kondisi habitat liar, cukup
tidaknya tersedia nutrient dan sumber pakan serta produktivitas flora dan fauna
dikawasan tersebut (Rasidi, 1997).
Dalam
pelaksanaan analisis vegetasi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar informasi yang diperoleh merupakan data yang akurat antara lain :
1.
Bentuk
besar/luas dan jumlah unit sampel yang digunakan.
2.
Metode
dan teknik pengambilan sampel
3.
Cara
pengambilan sampel dilapangan
4.
Objek
yang akan diobservasi dan didata
5.
Parameter
vegetasi yang digunakan
6.
Teknik
dan metode analisi vegetasi yang digunakan
Sesuai
dengan fungsinya, analisis vegetasi terutama digunakan untuk mempelajari
struktur atau susunan dan bentuk vegetasi masyarakat tumbuh-tumbuhan, misalnya
mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya atau
mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yaitu jenis-jenis vegetasi dasar yang
terdapat di bawah tegakan hutan (kecuali permudaan pohon hutan), padang rumput
atau padang alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Dalam
analisis vegetasi terdapat beberapa metode pengambilan data yang digunakan.
Teknik sampling dalam analisis vegetasi yang paling banyak digunakan adalah :
1) metode kuadrat, 2) metode garis transek, dan 3) metode titik / point quarter
techniques (soerinegara dan indrawan, 1998; cox, 1996). Analisis vegetasi untuk
wilayah yang luas, yang komunitas vegetasinya terdiri dari jenis perdu atau
semak rendah akan lebih efisien jika menggunakan metode garis transek. Untuk
mempelajari struktur vegetasi hutan dengan pepohonan yang jaraknya
masing-masing berjauhan, metode yang tepat adalah menggunakan metode kuadrat.
Dalam
“teknik sampling”, drai segi ekologi floristic teknik “random sampling” hanya
mungkin digunakan apabila kawasan dan vegetasinya bersifat homogen, misalnya
padang rumput atau safana dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk penelitian
ekologi tumbuhan lebih sering digunakan “sistematyc sampling”, “sistematyc
random sampling” atau kadang-kadang “purposive sampling”.
Karena
titik berat analisis vegetasi terletak pada penelaahan tentang struktur dan
komposisi jenis maka dalam menetapkan besar (jumlah ) dan banyaknya unit
sampling perlu digunakan berupa titik atau kuadrat dengan cara kurva (lengkung
) jenis ( kurva spesies area ) (soerinegara dan indrawan, 1998). Kurva
(lengkung) spesies ini diperlukan untuk menetapkan luas atau besar minimum
kuadrat dan jumlah minimum kuadratnya yang dapat mewakili wilayah yang akan
diteliti.
Dalam
analisis vegetasi untuk meneliti struktur dan komposisi jenis pepohonan dan
permudaannya dihutan, yang paling umum digunakan adalah :
1.
Metode petak (kuadrat)
a.
Cara
petak tunggal
Menurut
cara ini digunakan satu petak (kuadrat) berupa tegakkan hutan sebagai unit
sampel. Besar unit sampel tidak boleh terlalu kecil sehingga tidak dapat
menggambarkan keadaan hutan yang dipelajari. Ukuran minimum dari petak tunggal
tergantung dari kerapatan vegetasi dan banyaknya jenis-jenis pohon. Semakin
jarang pepohonan yang ada atau semakin banyak jenis-jenis tumbuhan, semakin
besar ukuran kuadrat sebagai petak tunggal yang digunakan. Ukuran minimum
ditetapkan dengan menggunakan kurva lengkung spesies. Luas minimum ditetapkan
dengan dasar penambahan luas kuadrat yang tidak menyebabkan kenaikan jumlah
jenis lebih besar dari 10% atau 5%. Dengan menggunakan kurva lengkung jenis
untuk kebanyakan hutan hujan tropika menurut Richard pada umumnya diperlukan
petak tunggal seluas 1,5 Ha, sebaliknya menurut vestal rata-rata luas petak
tunggal yang diperlukan untuk hutan hujan tropika adalah 3 Ha (s oerinegara dan
indrawan, 1998). Untuk itu unit sampel berbentuk persegi panjang akan lebuh
efektif dari pada kuadrat berbentuk bujur sangkar.
b.
Cara
petak ganda
Menurut
cara ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan banyak kuadrat yang
diletakkan tersebar merata dengan secara sistematis. Penentuan besar atau luas
unit sampel juga harus ditentukan kurva lengkung jenis. Di Indonesia biasanya
digunaka kuadrat berukuran 0,1 Ha untuk pohon, 0,01 untuk anakan pohon sampling
dan semak atau 0,001 Ha untuk tumbuh-tumbuhan bawah dan semai (seedling).
- Metode transek
a.
Cara
jalur
Cara
ini digunakan untuk vegetasi yang belum diketahui keadaan sebelumnya dan paling
efektif untuk mempelajari perubahan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi
dan tigkatan ketinggian tanah (elefasi), misalnya dari tepi laut ke pedalaman,
memotong sungai dan naik atau menuruni lereng pengunungan. Pada umumnya lebar
jalur yang diguanakan adalah 10 meter atau 20 meter, dengan jarak masing-masing
200-1000 meter. Untuk luas tegakan hutan 100000 Ha diperlukan intensitas luas
tegakan sekitar 2 %
Cara sampling di mana petak yang lebih besar mengandung petak-petak yang
lebih kecil dinamakan nested sampling,seperti pada gambar di atas.
c.
Cara
garis berpetak
Cara
ini dianggap sebagai modifikasi cara petak ( kuadrat berganda ) atau cara
jalur,dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur,jadi pada
jalur rintisan terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. Dalam cara
ini petak atau kuadrat sebagai unit sampel dapat berbentuk persegi panjang dan
bujur sangkar yang luasnya 10 x 10 m, 20 x 20 m, atau 20 x 50 m atau lingkaran
dengan jari-jari 17,8 m ( 0,1 ha ).
Seperti cara petak ganda,cara garis berpetak ini pada petak untuk pohon dibuat
petak-petak yang lebih kecil untuk tumbuhan yang lebih kecildan permudaannya.
Untuk pohon dilakukan cara jalur,sedang untuk seedling dan sapling dilakukan
dengan cara berpetak seperti yang tertera pada gambar berikut
3. Metode titik ( tanpa petak )
Cara ini digunakan untuk penelitian
yang sekedar ingin mengetahui komposisi komunitas pepohonan dan dominasi
jenisnya yang dilakukan dengan menaksir volume batang pohonnya. Berbagai metode
titik yang digunakan,antara lain:
a.
Metode Bitterlich
Dalam metode ini digunakan alat yang
bernama “ tongkat bitterlich”, yaitu
tongkat kecil panjangnya 66 cm yang ujungnya terpasang plat seng bujur sangkar
berukuran 2 x 2 cm. Dengan mengangkat tongkat setinggi mata,alat tersebut
diarahkan ke pepohonan yang akan diteliti yang ada disekeliling alat tersebut.
Dengan mengangkat tongkat setinggi mata yang diarahkan
kepohon-pohon yang ada disekelilingnya, pohon yang terllihat bergaris tengah
lebih besar dan sama dengan sisi plot seng dicatat nama dannukuran diameter
batangnya,.
Untuk setiap jenis pohon yang dicatat kemudian
dihitung dan ditentukan luas bidang dasar(basal areanya) dengan menggunakan
rumus seperti berkut:
B=
N/n x 2,3 m2 /ha
B=
luas bidang dasar
N=
banyaknya pohon jenis yang bersangkutan
N=
banyaknya titik pengamatan untuk jenis yang ditemukan
2,3=
faktor bidang dasar untuk alat tersebut
b.
Metode
Kuarter(Point Centered Method)
Metode
Kuadran
Pada
metode kuadran sebelum melakukan pengukuran, lebih dahulu garis kompas untuk
menentukan titik-titik pengambilan sampel (sejumlah unit sample). Pada suatu
titik sampel yang telah ditentukan kemudian dibuat kuadran(garis yang saling
tegak lurus pada titik tersebut). Dari titik kuadran(satu titik sample
masing-masing mempunyai 4 buah kuadran) dicatat dan diukur pohon yang
berdekatan titik itu dengan data yang meloputi jenis, tinggi dan diameter
batang setinggi dada, serta jarak terdekat pohon terhadap titik tersebut,
seperti tertera pada gambar berikut.
c.
Metode Titik Berpasangan(Random Pair Method)
Pada
metode ini pengukuran dan pendataa pada setiap unit sampel dilakukan pada
titik-titik sepanjang garis kompas. Pada suatu titik unit sample dipilih lebih
dahulu pohon yang terdekat dengan titik tersebut. Kemudian ditarik garis tegak
lurus dengan arah dari titik kepohon terdekat dari titik tersebut atau kalau
menggunakan busur derajat, arahkan garis dengan sudut 900 ke pohon
itu. Pohon kedua yang dipilih
adalah pohon yang terdekat pada pohon pertama yng letaknya di bagian lain yang
dibatasi oleh garis pertama.
Dari
hasil pengumpulan data dapat diketahui dan diukur parameter berikut:
Untuk mempelajari struktur vegetasi
tumbuhan bawahan analisis vegetasi yang sering digunakan adalah dengan “metode
kuadrat” (Quadrat sampling technique), “metode garis intersep” (Line intercept
technique) dan “metode titik intersep” (Point intercept method) (dalam Soerianegara dan Indrawan, 1998;
Kusmana, 1997; Cox, 1996; Smeins dan Slack, 1992).
Metode kuadrat unit sampelnya, berupa
kuadrat berukuran 1 × 1 m atau 10 × 10 m (untuk semak belukar yang tingginya
dapat mencapai sekitar 3 m atau 10 feet), atau lingkaran bergaris tengah 0,56 m2
. untuk suatu habitat yang vegetasinya seragam, misalnya padang rumput
penentuan unit sampel pada umumnya dapat dilakukan secara “random sampling”.
Metode garis intersep umumnya dipakai
untuk analisis vegetasi yang komunitas vegetasinya mempunyai strata yang
berbeda, misalnya terdapat strata tumbuhan herba, semak belukar dan pepohonan.
Dalam metode ini garis transek dibuat secara sistematis, sedangkan titik
intersep dipilih secara acak. Dari hasil pengukuran, besarnya (parameter) yang
perlu/harus diketahui, antara lain :
1. Jumlah individu yang dijumpai dan
dicatat (N)
2.
Total
panjang intersep (I)
3.
Jumlah
interval transek tempat ditemukannya suatu jenis
4.
Total
dari kebalikan dari lebar maksimum (∑1 / M)
Metode
titik intersep sering digunakan dalam analisis vegetasi untuk tumbuh-tumbuhan
berupa herba, semak atau anakan pohon dengan menggunakan suatu alat berupa
jarum (pin) pada papan panjangnya 100 cm. Area yang diteliti luasnya 1×1 m2
dan jarum dari kawat kemudian dimasukkan ke dalam lubang pada papan yang
berjarak 10 cm, dengan ketinggian diatas tanah sekitar 100 cm dan tumbuhan yang
terkena sentuhan ujung jarum merupakan tumbuhan yang terpilih
Contoh : misalnya dalam pengumpulan
data di suatu area, tumbuhan putri malu (Mimosa
pudica) terkena 300 sentuhan, sedang jumlah seluruh sentuhan 1000 kali.
Maka dominansi tumbuhan putri malu di area tersebut adalah 3/10 x 100% = 30%.
Untuk penghitungan Frekuensi, Frekuensi Relatif, Kerapatan, Kerapatan Relatif
Dan Indeks Nilai Penting dapat dihitung, seperti pada Metode Kuadrat.
B. PARAMETER VEGETASI UNTUK ANALISIS VEGETASI
Berbagai parameter ekologi yang
sering digunakan dalam analisis vegetasi pada dasarnya merupakan parameter atau
besaran yang dapat menjadi petunjuk tentang karakteristik suatu jenis, populasi
atau komunitas tumbuhan. Parameter tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
tentang jenis dan komposisi jenis suatu komunitas tumbuh-tumbuhan. Kelimpahan,
keragaman, kerapatan atau kepadatan, bentuk hidup dan sebagainya.
Secara ekologis perlu dan penting
untuk membeda-bedakan bermacam-macam vegetasi menurut bentuk hidup dan
pertumbuhannya, seperti rerumputan, herba, semak, liana, epifit atau pepohonan,
yang bentuk pertumbuhanya seperti semak, belta atau pancang tiang, pohon dan
tumbuhan bawahnya perlu diketahui. Untuk menentukan bentuk pertumbuhan tersebut
(dalam Soerianegara dan Indrawan 1998 dan Kusmana dan Istomo, 1995) membuat
batasan untuk berbagai tingkatan bentuk hidup sebagai berikut :
1. Semai (seedling atau belta) :
bentuk pertumbuhan (permudaan) muai dari kecambah sampai anakan yang mempunyai
tinggi kurang dari 1,5 m atau 0-30 cm dan 30-150 cm
2. Pancang (sapihan atau
sapling/terna) : bentuk pertumbuhan berupa anakan dengan ketinggian setinggi
1,5 m dengan diameter batang kurang dari 10 cm atau 1,5-3 m, 3-5 m dan 5-10 m.
3. Tiang (pole) : pohon muda dengan
diamater batang 10 cm-<20 cm (10-35 cm)
4. Pohon (tree) : pohon dewasa
dengan diameter batang 20 cm atau lebih.
5. Tumbuhan bawah : tumbuha-tumbuhan
selain bentuk pertumbuhan pohon, seperti rerumputan, herba, semak dan
sebagainya.
Khusus untuk tumbuhan bakau
(mangrove) bentuk pertumbuhan pada tingkat tiang di tindakan sehingga tingkatan
pohon meliputi semua pepohonan yang mempunyai diameter batang 10 cm lebih.
Selain itu diameter pohon diukur pada ketinggian 20 cm di atas akar tunjang
(misalnya pada tumbuhan Rhizophora spp.)
dan ketinggian 20 cm di atas banir untuk jenis non- Rhizophora spp. Untuk pohon yang tidak berakar tunjang dan
berbanir pengukuran diameter pohon dilakukan pada ketinggian 1,3 m di atas
permukaan tanah (DBH = diameter at
breast height).
Dalam analisis vegetasi, parameter
vegetasi yang dicatat yang biasanya dilakukan langsung di lapangan adalah :
1. Nama jenis (spesies) (lokal dan
ilmiah)
2. Frekuensi kehadiran setiap jenis
3. Jumlah individu untuk menentukan
kerapatan
4. Penutupan tajuk untuk menentukan
penutupan (coverage) vegetasi terhadap permukaan tanah.
5. Diameter (garis tengah batang)
untuk menentukkan luas bidang dasar yang sangat berguna untuk memprediksi
volume pohon dan tegakan
6. Tinggi pohon, untuk menentukan
stratifikasi dan menduga volume pohon serta volume tegakan.
7. Pemetaan lokasi individu tiap
jenis tumbuhan atau pohon untuk menentukan pola sebaran spasial pada berbagai area.
Pada dasarnya hampir semua kegiatan
pengukuran untuk analisis vegetasi dilakukan pengukuran terhadap
jenis-jenisnya, kerapatan atau jumlah individu per jenis, frekuensi
kehadirannya, diameter batang atau luas penutupan tajuk dan tinggi pohon.
Walaupun demikian, parameter vegetasi yang diukur akan tergantung pada
informasi yang dikehendaki dan tujuan penelitian.
Untuk analisis vegetasi dari
berbagai bentuk pertumbuhan dan bentuk hidup tumbuh-tumbuhan yang akan
dilakukan penelitiannya, menurut Kusmana dan Istomo (1995), untuk metode
kuadrat sebagai metode yang paling umum digunakan dalam analisis vegetasi maka
ukuran sampel (kuadrat) dan subsampel untuk tumbuhan bawah, permudaan dan pohon
adalah sebagai berikut :
a. Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m atau 1x1 m atau 2 x 5 m
b. pancang : 5 x 5 cm
c. tiang : 10 x 10 m
d. pohon : 20 x 20 m atau 20 x 50 m
maaf mau tanya mbak
BalasHapuskonsep dasar analisa vegetasinya sumbernya dari buku apa ? thx tri
Nested sampling itu apa ea
BalasHapusCara menentukan berapa banyak jalur yg digunakan dalam melakukan Anveg
BalasHapus