A. PENCEMARAN
LINGKUNGAN
Akibat pencemaran lingkungan terhadap
perubahan fisiognomi komunitas vegetasi hutan vans didominasi oleh pep'ohonan
menjadi komunitas semak, herba dan gulma karena pencemaran; akan menyebabkan
penurunan seluruh produksi total (total
standing crops) mempunyai hubungan yang erat dengan potensi kapasilas
lahan atau daya dukung lingkungan dalam menunjang kehidupan. Dengan kapasitas
bahan pencemar (polutan) mengubah atau mengurangi daya dukung lingkungan maka
pencemaran merupakan faktor pembatas yang penting bagi manusia.
Sudah disebutkan terdahulu bahwa
pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan perubahan lingkungan yang tidak
dikehendaki yang sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia yang
menghasilkan limbah. Limbah yang mencemari lingkungan secara langsung atau
tidak langsung akan berpengaruh terhadap pola alir energi. sifal fisik dan
kimia lingkungan serta kelimpahan makhluk hidup.
Dalam hubungannya dengan pencemaran
lingkungan terdapat 2 istilah yang mempunyai hubunaan erat dengan pengaruh
pencemaran terhadap makhluk hidup.Istilah tersebut adalah "polusi"
(pencemaran) dan "konlaminasi".
"Polusi" atau pencemaran
adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya satu zat atau polutan
yang'mencemari daratan.perairan atau udara yang berpengaruh buruk terhadap
manusia dan makhluk hidup laiinya. serta kualitas lingkungan. Sedangkan
"kontaminasi" adalah istilah yang
digunakan untuk menyatak'an
adanya bahan pencemar
atau organisme yang mencemari makhluk hidup dan dapat
merugikan makhluk hidup dan lingkungannya.
Suatu organisme yang
terkontaminasi oleh polutan akan mengalami pencemaran atau tidak tergantung
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi "efek" dari bahan pencemar
(kontaminan), seperti:
1. jenis atau macam
polutan,
2. banyaknya polutan yang
mengkontaminasi suatu organisme,
3. toleransi organisme
terhadap kontaminan,
4. lamanya pemaparan
polutan terhadap suatu organisme,
5. kategori pencemaran,
6. jenis dan karakteristik
genetika suatu organisme,
7. kondisi habitat dan
lingkungannya,
8. umur organisme yang
terkontaminasi polutan,
9. intensitas pemaparan
oleh polutan,
10. kombinasi dari berbagai faktor tersebut.
Berdasarkan sifat bahan pencemar,
pencemaran lingkungan dapat dibedakan dalam 4 kategori, yaitu:
1. pencemaran yang disebabkan oleh limbah padat, misalnya sampah
(organik atau anorganik) yang berasal dari limbah industri, pertambangan, dan
peftanian. Limbah ini dapat pula dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu limbah
yang dapat dimusnahkan secara biologi atau mikrobiologi (biodegrable
pollutants), misalnya tinja dan limbah yang tidak dapat dimusnahkan secara
biologi (non-biodegrable pollutants), misalnya
limbah plastik.
2. pencemaran yang disebabkan oleh limbah cair, misalnya limbah rumah
tangga/pabrik sewage yang mengandung bahan beracun, seperti pestisida, PCB (poly
chlorinated biphenyl), logam berat alau mikroba berbahaya (patogen). Bahan
pencemaran ini biasanya akan terakurnulasi pada badan air dalam ckosislem
perairan seperti sungai, danau, esluaria atau perairan pantai.
3. pencemaran yang disebabkan gas, misalnya gas CO (karbon
mono-oksida), SO, NO, Ozone, Fluorides dan smog (campuran hidrokarbon dan gas
pencemar lainnya, seperti asap/uap air). Bahan pencemar gas ini sangat berbahaya
unluk makhluk hidup karena jangkauannya yang cukup luas dan dengan konsenlrasi
kecil sudah dapat membahayakan makhluk hidup (misalnya konsentrasi gas SO:
lebih besar dari 1 ppm dapat mengganggu pernafasan manusia alau merusak
pembenlukan pigmen/ klorofil di daun).
4. Pencemaran yang disebabkan oleh limbah tanpa bobot, misalnya
pencemaran lingkungan oleh zat radioaktif, panas (limbah termal) dan bunyi.
B. PENGARUH PENCEMARAN TERHADAP TUMBUHAN
Secara umum pengaruh pencemaran terhadap
tumbuh-tumbuhan adalah karena akumulasi bahan pencemaran yang bersifat racun
(phytotoxin) bagi lumbuhan. Bahan pencemar masuk ke dalam jaringan alau organ
tumbuhan melalui sistem jaringan vaskuler sampai ke ujung tepi daun atau pucuk
dan terakumulasi di berbagai lokasi. Jika polutan tersebut telah melampaui
batas ambang konsentrasi baru kemudian akan berpengarah terhadap jaringan atau
organ tertentu, atau terhadap tumbuhan secara keseluruhan.
Pengaruh utama bahan-bahan pencemar tersebut
tertutama adalah, menghambat pembentukan enzim-enzim tertentu yang kemudian
akan merusak jaringan, organ, dan fungsinya. Pengaruh
tersebut akan dipengaruhi pula dari struktur internal
tumbuhan, kondisi lingkungan fisik dan kimia, karakteristik polutan alau
kombinasi faktor-faktor tersebut (Thomas dkk., 1976).
Pengaruh bahan pencemar, baik bahan
pencemar padat, cair, gas, atau limbah tanpa bobot terhadap tumbuhan terutama
berpengaruh terhadap:
1. proses kimia dan fisik dari sel atau jaringan,
2. proses fotosintesis dan fisiologi lainnya,
3. struktur anatomi dan morfologi sel atau jaringan,
4. pembelahan sel,
5. pertumbuhan sel, jaringan, dan organ,
6. pertumbuhan tumbuhan oleh perubahan komposisi tanah dan tingkat
keasaman (pH) tanah,
7. terganggunya proses
reproduksi (pembentukan kuncup, buah dan biji).
Tumbuhan yang terkena pencemaran akan
memperlihatkan penampilan, seperti: tumbuh kerdil dan meranggas, bentuk daun
yang tidak normal, absisi daun lebih cepat, perubahan atau kerusakan daun yang
mengalami klorosis, nekrosis, layu, bercak-bercak pulih atau coklat dan ujung
atau di tepi daun seperti terbakar; serta proses pembungaan dan pembuahan yang
terhambat.
Akibat pencemaran udara oleh gas-gas SO2,
NO , PAN (peroxy acyl nitrat), Ozon,
Fluorida, Ethylenc dan "smog!' maka hutan berdaun jarum (konifer)
di daerah sub-tropis yang tetap berdaun sepanjang tahun sering menjadi Vegetasi
yang terkena pencemaran udara, dan akan memperlihatkan ciri tumbuhan yang
terkena pencemaran seperti tersebut di atas.
Dengan respon yang spesifik dan peka terhadap
pengaruh pencemaran lingkungan, tumbuh tumbuhan sering dapat dimanfaatkan
sebagai fitoindikator terhadap pencemaran.Jenis-jenis tumbuhan berpembuluh (spermatophyta) dan lumut kerak (lichenes) sering digunakan sebagai
bioindikator (Adiputro dkk, 1995).
Menurut Manning dan Feder (dalam Thomas
dkk.,1916), tumbuhan yang digunakan sebagai indikator pencemaran
udara biasanya dapat
menunjukkan lerdapatnya polutan
di dalam jaringannya. Dan
lumbuhan dapat menunjukkan efek pencemaran yang baik sehingga dapat digunakan
sebagai atau menjadi bioindikator (terutama indikator untuk pencemaran udara) karena tumbuhan mempunyai sifat atau
karakter yang mudah diketahui, seperti:
1. bersifat menetap (sedentary),
2. menjadi pasif kolektor
3. dapat menunjukkan kerusakan secara visual dan sifat sitologik yang
nyata
4. perubahan kimia (physiological dan biochemistry symptomes) yang
jelas gejala ekologi yang spesifik.
Dengan responnya yang khas beberapa
jenis tumbuhan dapat menjadi indikator pencemaran yang disebabkan oleh limbah
padat, limbah cair, emisi gas atau pengaruh bahan pencemar tanpa bobot seperti
suhu, bunyi atau radiasi.
C.
INDIKATOR DAN PENANGANAN
PENCEMARAN LINGKUNGAN
1. INDIKATOR PENCEMARAN LINGKUNGAN
Tanaman dapat berfungsi sebagai indicator kondisi
lingkungan. Tanamanbereaksi terhadap kondisi tanah maupun kondisi cuaca. Banyak
tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai indikator suatu lingkungan. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat dijadikan indikator
pencemaran lingkungan, antara lain sebagai berikuti:
a. Lumut Kerak
Telah
diketahui bahwa lumut kerak sangat sensitif terhadap pencemaran udara sehingga
dapat dijadikan bioindikator pencemaran udara (Aryulina, 2007; Syamsuri, 2004;
Campbell, 2003). Lumut kerak tidak memiliki kutikula sehingga mengabsorpsi
nutrien dan air dari atmosfer (Bungartz). Hal ini menjelaskan mengapa lumut
kerak dapat menjadi bioindikator pencemaran udara. Perubahan lingkungan
menyebabkan lumut kerak berubah dalam keanekaragamannya, morfologinya,
fisiologinya, genetik, dan kemampuan mengakumulasi zat pencemar udara
(Barreno). Kesensitifannya ini memenuhi faktor-faktor pemilihan bioindikator.
Penggunaan lumut kerak sebagai bioindikator telah digunakan sejak lama dengan
cara membuat peta penyebaran lumut kerak. Sistem Skala Polusi Lumut kerak
Hawkssworth & Rose pada tahun 1970 menggunakan ada atau tidak adanya
spesies sensitif tertentu untuk mengetahui konsentrasi sulfur dioksida dalam
udara ambien. Begitu juga dibuat skala untuk zat-zat pencemar udara yang lain
(Bell,2001).
Berdasarkan
morfologinya, lumut kerak umumnya dibedakan menjadi Crustose, Foliose,
Squamulose, dan Fructicose (NSTA, 2003). Fructicose merupakan lumut kerak yang
paling sensitif terhadap pencemaran udara dan merupakan jenis lumut kerak yang
akan pertama kali hilang ketika terpapar pada udara tercemar. Sedangkan
Cructose merupakan jenis lumut kerak yang paling resisten terhadap pencemaran
udara (Boonpragob, 2003).
b. Alga
Alga dapat dimanfaatkan sebagai
bioindikator logam berat karena dalam proses pertumbuhannya, alga membutuhkan
berbagai jenis logam sebagai nutrien alami, sedangkan ketersediaan logam
dilingkungan sangat bervariasi. Suatu lingkungan yang memiliki tingkat kandungan
logam berat yang melebihi jumlah yang diperlukan, dapat mengakibatkan
pertumbuhan alga terhambat, sehingga dalam keadaan ini eksistensi logam dalam
lingkungan adalah polutan bagi alga. Berikut
adalah contoh spesies alga yang potensial sebagai bioindikator logam berat
berdasarkan beberapa rujukan penelitian :
2.
INDIKATOR
PENCEMARAN LINGKUNGAN
a. Remediasi
Remediasi
adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis
remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih
murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi.
Pembersihan
off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari
zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap,
kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat
pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi
pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
b. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan
pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau
tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar