Rabu, 23 Mei 2012

pencemaran lingkungan


A.     PENCEMARAN LINGKUNGAN
Akibat pencemaran lingkungan terhadap perubahan fisiognomi komunitas vegetasi hutan vans didominasi oleh pep'ohonan menjadi komunitas semak, herba dan gulma karena pencemaran; akan menyebabkan penurunan seluruh produksi total (total standing crops) mempunyai hubungan yang erat dengan potensi kapasilas lahan atau daya dukung lingkungan dalam menunjang kehidupan. Dengan kapasitas bahan pencemar (polutan) mengubah atau mengurangi daya dukung lingkungan maka pencemaran merupakan faktor pembatas yang penting bagi manusia.
Sudah disebutkan terdahulu bahwa pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan perubahan lingkungan yang tidak dikehendaki yang sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan limbah. Limbah yang mencemari lingkungan secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap pola alir energi. sifal fisik dan kimia lingkungan serta kelimpahan makhluk hidup.
Dalam hubungannya dengan pencemaran lingkungan terdapat 2 istilah yang mempunyai hubunaan erat dengan pengaruh pencemaran terhadap makhluk hidup.Istilah tersebut adalah "polusi" (pencemaran) dan "konlaminasi".
"Polusi" atau pencemaran adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya satu zat atau polutan yang'mencemari daratan.perairan atau udara yang berpengaruh buruk terhadap manusia dan makhluk hidup laiinya. serta kualitas lingkungan. Sedangkan "kontaminasi" adalah istilah  yang  digunakan  untuk  menyatak'an  adanya  bahan  pencemar  atau  organisme  yang mencemari makhluk hidup dan dapat merugikan makhluk hidup dan lingkungannya.
Suatu organisme yang terkontaminasi oleh polutan akan mengalami pencemaran atau tidak tergantung oleh beberapa faktor yang mempengaruhi "efek" dari bahan pencemar (kontaminan), seperti:
1.   jenis atau macam polutan,
2.   banyaknya polutan yang mengkontaminasi suatu organisme,
3.   toleransi organisme terhadap kontaminan,
4.   lamanya pemaparan polutan terhadap suatu organisme,
5.   kategori pencemaran,
6.   jenis dan karakteristik genetika suatu organisme,
7.   kondisi habitat dan lingkungannya,
8.   umur organisme yang terkontaminasi polutan,
9.   intensitas pemaparan oleh polutan,
10. kombinasi dari berbagai faktor tersebut.
Berdasarkan sifat bahan pencemar, pencemaran lingkungan dapat dibedakan dalam 4 kategori, yaitu:
1.      pencemaran yang disebabkan oleh limbah padat, misalnya sampah (organik atau anorganik) yang berasal dari limbah industri, pertambangan, dan peftanian. Limbah ini dapat pula dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu limbah yang dapat dimusnahkan secara biologi atau mikrobiologi (biodegrable pollutants), misalnya tinja dan limbah yang tidak dapat dimusnahkan secara biologi (non-biodegrable pollutants), misalnya limbah plastik.
2.      pencemaran yang disebabkan oleh limbah cair, misalnya limbah rumah tangga/pabrik sewage yang mengandung bahan beracun, seperti pestisida, PCB (poly chlorinated biphenyl), logam berat alau mikroba berbahaya (patogen). Bahan pencemaran ini biasanya akan terakurnulasi pada badan air dalam ckosislem perairan seperti sungai, danau, esluaria atau perairan pantai.
3.      pencemaran yang disebabkan gas, misalnya gas CO (karbon mono-oksida), SO, NO, Ozone, Fluorides dan smog (campuran hidrokarbon dan gas pencemar lainnya, seperti asap/uap air). Bahan pencemar gas ini sangat berbahaya unluk makhluk hidup karena jangkauannya yang cukup luas dan dengan konsenlrasi kecil sudah dapat membahayakan makhluk hidup (misalnya konsentrasi gas SO: lebih besar dari 1 ppm dapat mengganggu pernafasan manusia alau merusak pembenlukan pigmen/ klorofil di daun).
4.      Pencemaran yang disebabkan oleh limbah tanpa bobot, misalnya pencemaran lingkungan oleh zat radioaktif, panas (limbah termal) dan bunyi.
B.     PENGARUH PENCEMARAN TERHADAP TUMBUHAN
Secara umum pengaruh pencemaran terhadap tumbuh-tumbuhan adalah karena akumulasi bahan pencemaran yang bersifat racun (phytotoxin) bagi lumbuhan. Bahan pencemar masuk ke dalam jaringan alau organ tumbuhan melalui sistem jaringan vaskuler sampai ke ujung tepi daun atau pucuk dan terakumulasi di berbagai lokasi. Jika polutan tersebut telah melampaui batas ambang konsentrasi baru kemudian akan berpengarah terhadap jaringan atau organ tertentu, atau terhadap tumbuhan secara keseluruhan.
Pengaruh utama bahan-bahan pencemar tersebut tertutama adalah, menghambat pembentukan enzim-enzim tertentu yang kemudian akan merusak jaringan, organ, dan fungsinya. Pengaruh tersebut akan dipengaruhi pula dari struktur internal tumbuhan, kondisi lingkungan fisik dan kimia, karakteristik polutan alau kombinasi faktor-faktor tersebut (Thomas dkk., 1976).
Pengaruh bahan pencemar, baik bahan pencemar padat, cair, gas, atau limbah tanpa bobot terhadap tumbuhan terutama berpengaruh terhadap:
1.      proses kimia dan fisik dari sel atau jaringan,
2.      proses fotosintesis dan fisiologi lainnya,
3.      struktur anatomi dan morfologi sel atau jaringan,
4.      pembelahan sel,
5.      pertumbuhan sel, jaringan, dan organ,
6.      pertumbuhan tumbuhan oleh perubahan komposisi tanah dan tingkat keasaman (pH) tanah,
7.   terganggunya proses reproduksi (pembentukan kuncup, buah dan biji).
Tumbuhan yang terkena pencemaran akan memperlihatkan penampilan, seperti: tumbuh kerdil dan meranggas, bentuk daun yang tidak normal, absisi daun lebih cepat, perubahan atau kerusakan daun yang mengalami klorosis, nekrosis, layu, bercak-bercak pulih atau coklat dan ujung atau di tepi daun seperti terbakar; serta proses pembungaan dan pembuahan yang terhambat.
Akibat pencemaran udara oleh gas-gas SO2, NO , PAN (peroxy acyl nitrat), Ozon, Fluorida, Ethylenc dan "smog!' maka hutan berdaun jarum (konifer) di daerah sub-tropis yang tetap berdaun sepanjang tahun sering menjadi Vegetasi yang terkena pencemaran udara, dan akan memperlihatkan ciri tumbuhan yang terkena pencemaran seperti tersebut di atas.
Dengan respon yang spesifik dan peka terhadap pengaruh pencemaran lingkungan, tumbuh tumbuhan sering dapat dimanfaatkan sebagai fitoindikator terhadap pencemaran.Jenis-jenis tumbuhan berpembuluh (spermatophyta) dan lumut kerak (lichenes) sering digunakan sebagai bioindikator (Adiputro dkk, 1995).
Menurut Manning dan Feder (dalam Thomas dkk.,1916), tumbuhan yang digunakan sebagai indikator   pencemaran   udara   biasanya   dapat  menunjukkan   lerdapatnya   polutan   di   dalam jaringannya. Dan lumbuhan dapat menunjukkan efek pencemaran yang baik sehingga dapat digunakan sebagai atau menjadi bioindikator (terutama indikator untuk pencemaran  udara) karena tumbuhan mempunyai sifat atau karakter yang mudah diketahui, seperti:
1.      bersifat menetap (sedentary),
2.      menjadi pasif kolektor
3.      dapat menunjukkan kerusakan secara visual dan sifat sitologik yang nyata
4.      perubahan kimia (physiological dan biochemistry symptomes) yang jelas gejala ekologi yang spesifik.
Dengan responnya yang khas beberapa jenis tumbuhan dapat menjadi indikator pencemaran yang disebabkan oleh limbah padat, limbah cair, emisi gas atau pengaruh bahan pencemar tanpa bobot seperti suhu, bunyi atau radiasi.

C. INDIKATOR DAN  PENANGANAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
1.  INDIKATOR PENCEMARAN LINGKUNGAN
Tanaman dapat berfungsi sebagai indicator kondisi lingkungan. Tanamanbereaksi terhadap kondisi tanah maupun kondisi cuaca. Banyak tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai indikator suatu lingkungan. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat dijadikan indikator pencemaran lingkungan, antara lain sebagai berikuti:
a.       Lumut Kerak
Telah diketahui bahwa lumut kerak sangat sensitif terhadap pencemaran udara sehingga dapat dijadikan bioindikator pencemaran udara (Aryulina, 2007; Syamsuri, 2004; Campbell, 2003). Lumut kerak tidak memiliki kutikula sehingga mengabsorpsi nutrien dan air dari atmosfer (Bungartz). Hal ini menjelaskan mengapa lumut kerak dapat menjadi bioindikator pencemaran udara. Perubahan lingkungan menyebabkan lumut kerak berubah dalam keanekaragamannya, morfologinya, fisiologinya, genetik, dan kemampuan mengakumulasi zat pencemar udara (Barreno). Kesensitifannya ini memenuhi faktor-faktor pemilihan bioindikator. Penggunaan lumut kerak sebagai bioindikator telah digunakan sejak lama dengan cara membuat peta penyebaran lumut kerak. Sistem Skala Polusi Lumut kerak Hawkssworth & Rose pada tahun 1970 menggunakan ada atau tidak adanya spesies sensitif tertentu untuk mengetahui konsentrasi sulfur dioksida dalam udara ambien. Begitu juga dibuat skala untuk zat-zat pencemar udara yang lain (Bell,2001).
Berdasarkan morfologinya, lumut kerak umumnya dibedakan menjadi Crustose, Foliose, Squamulose, dan Fructicose (NSTA, 2003). Fructicose merupakan lumut kerak yang paling sensitif terhadap pencemaran udara dan merupakan jenis lumut kerak yang akan pertama kali hilang ketika terpapar pada udara tercemar. Sedangkan Cructose merupakan jenis lumut kerak yang paling resisten terhadap pencemaran udara (Boonpragob, 2003).
b.      Alga
Alga dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator logam berat karena dalam proses pertumbuhannya, alga membutuhkan berbagai jenis logam sebagai nutrien alami, sedangkan ketersediaan logam dilingkungan sangat bervariasi. Suatu lingkungan yang memiliki tingkat kandungan logam berat yang melebihi jumlah yang diperlukan, dapat mengakibatkan pertumbuhan alga terhambat, sehingga dalam keadaan ini eksistensi logam dalam lingkungan adalah polutan bagi alga.  Berikut adalah contoh spesies alga yang potensial sebagai bioindikator logam berat berdasarkan beberapa rujukan penelitian :

2. INDIKATOR PENCEMARAN LINGKUNGAN
a.   Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
b.  Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar